The Power of Morning

Sumber: dougleschan[dot]com

Bismillahirrahmanirrahim, Allahummasholli ala saiyidina Muhammad.

Menurut pak Ngainun Naim dalam bukunya The Power of Writing, selalu beliau tekankan bahwa waktu yang paling efektif untuk menulis itu pada waktu pagi. Menurut beliau lebih tepatnya sebelum dan sesudah sholat subuh. Mengapa harus pagi? kenapa tidak disetiap kesempatan?

Waktu pagi merupakan waktu yang penuh berkah, penuh rahmat dan makhfiroh. Udara yang masih segar, suasana yang tenang sesekali terdengar suara kokok ayam dan burung yang berkicau membuat suasana pagi terasa lebih menyenangkan. Alangkah ruginya jika waktu pagi kita gunakan untuk tidur lagi setelah sholat subuh. Berkaitan dengan ini ada sebuah hadist yang perlu kita renungkan, yakni dari Shakhr bin Wada’ah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah SAW, telah bersabda:

“Ya Allah, berkahilah umatku di pagi harinya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Dalam hadits yang diceritakan oleh Shakhr bin Wada’ah r.a. tersebut betapa jelas bahwa Rasulullah Saw. berdoa agar umatnya diberikan berkah pada waktu pagi hari. Siapakah gerangan Shakhr bin Wada’ah r.a.? Dia adalah seorang pedagang yang biasa mengirimkan barang dagangannya di pagi hari, sehingga dia menjadi kaya dan banyak harta. Berarti, Shakhr bin Wada’ah adalah orang yang bisa menyambut keberkahan Allah SWT karena doa Rasululllah SAW untuk umatnya di pagi hari.

Bagi para ulama, suasana pagi yang tenang adalah waktu yang paling baik untuk mendalami suatu ilmu. Pada saat yang seperti ini kemampuan seseorang untuk memahami sebuah ilmu bisa lebih meningkat. Hal ini bisa terjadi karena konsentrasi terhadap ilmu pun lebih mudah untuk dilakukan. Ada seorang ulama yang yang mampu menulis sebanyak empat puluh halaman setiap hari selama empat puluh tahun terakhir masa usianya, yakni Ibnu Jarir ath-Thabari, ternyata beliau melakukan murajaah (menghafal) akan ilmu dan ide-ide yang akan dituangkan dalam tulisannya di awal-awal subuh. Ini merupakan bukti bahwa waktu pagi memang penuh dengan keberkahan.(Islampos[dot]com: 24 Januari 2016)

Memang terasa berat jika belum terbiasa menahan kantuk setelah sholat subuh. Apalagi badan masih terasa capek dan mata terasa berat menahan kantuk. Tapi akan lebih terasa berat lagi bagi mereka yang suka tidak sholat subuh, hal ini akan jauuh lebih terasa beratnya, padahal sholat subuh itu wajib hukumnya. Bagaimana kita bisa menulis sebuah artikel atau buku kalau suatu kewajiban saja kita suka lalai.

Saya jadi teringat dengan sebuah hadist,"“Barangsiapa shalat fajar (shalat subuh) berjamaah di masjid, kemudian tetap duduk berdzikir mengingat Allah, hingga terbit matahari lalu shalat dua rakaat (shalat dhuha), maka seakan-akan ia mendapatkan pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna, dan sempurna.” (HR. Tirmidzi)

Itu pahala bagi yang setelah sholat subuh terus melakukan kebaikan seperti yang rasulullah katakan. Terus bagaimana dengan mereka yang tidak sholat subuh? mmm ya bagi mereka hanya mendapat kerugian belaka hehe.

Author:

0 comments:

Silahkan tinggalkan komentar anda dengan menggunakan opsi Name/URL. Mohon jangan komentar SPAM..! Karena komentar dengan menyertakan LINK / ANCHOR TEXT atau promosi produk tertentu akan saya hapus tanpa pemberitahuan sebelumnya
Terimakasih...!!!