Polisiku Sayang Polisiku Malang


Seumur hidup dari pertama kali belajar bemotor kelas 3 SMP sampai sekarang, alhamdulillah belum pernah satu kalipun kena tilang yang sampai harus kena dendan. Hari ini 26 Maret 2016 kurang lebih jam 11 pagi tadi, rekor diriku terpecahkan. Bapak-bapak dan ibu-ibu tau apa yang terjadi dengan saya? Saya kena tilang oleh bapak polisi yang baik hati ("haha",sambil tertawa dalam hati).

Jadi ceritanya begini, tadi pagi saya pergi ke pasar 16 (pasar tradisional kota Palembang) untuk membeli obat bapak saya yang sedang sakit. Motor, saya parkir tidak jauh dari toko tempat saya membeli obat. Setelah saya selesai membeli obat, saya menuju tempat parkir motor kemudian mengambil motor dan tidak lupa untuk membayar biaya parkir sebesar 2.000.00,- ^0^.

Tempat saya memarkir motor terletak di jalur sebelah kiri jalan yang memang disana ada dua jalur untuk kendaraan. Jalur sebelah kiri untuk kendaraan umum dan jalur sebelah kanan untuk kendaraan pribadi. Pagi itu entah kenapa saya lupa kalau ada rambu-rambu. Setelah saya menghidupkan motor, dengan rasa tidak bersalah saya langsung menjalankan motor dan ternyata saya berjalan di jalur kendaraan umum. Sialnya lagi, di ujung jalan ada pak polisi yang baik hati sudah menunggu saya dengan sabar sekali. (kalian tau lah bagaimana rasanya jatuh cinta pandangan pertama, mungkin itu yang pak polisi lihat ketika saya berjalan di jalur yang salah -___-").

Dari jarak 10 meter saya sudah melihat isyarat telapak tangan pak polisi kepada saya yang artinya saya disuruh untuk berhenti dan menepi ke pinggir jalan.

Pakpol1: (dengan gaya sikap hormat bendera) "Selamat pagi".
Saya: "Iya, selamat pagi pak. Ada yang bisa saya bantu?" (loh, kok saya yang ngebantu?)
Pakpol1: "Adik tahu kesalahannya apa?"
Saya: (sambil mikir dan bingung) "mmm, kesalahan saya apa ya pak?"

Pakpol1: "Adik telah melanggar rambu-rambu lalu lintas. Sebelah kiri itu jalur kendaraan umum, dan sebalah kanan jalur kendaraan pribadi"
Saya: (dengan masih bingung) "Terus saya tadi lewat jalur yang mana pak?"
Pakpol1: "Adik tadi lewat jalur sebelah kiri. Tuh lihat motor lain lewatnya jalur sebelah kanan bukan sebelah kiri." (sesekali kumisnya di naik turunkan).
Saya: (setelah sadar bahwa saya salah) "Oohhh. iya ya pak? Iya deh maaf, saya mengaku salah pak. Tadi saya habis membeli obat, dan saya lupa kalau ada rambu-rambunya. Maklum pagi pak, saya belum minum Aqua *yang aqua ini saya menambahi sedikit" (saya berbicara sambil memasang muka memelas, ya seperti di film-film gitu kayak ada air mata berlinangnya hehe).
Pakpol1: "Adik masih kuliah?"
Saya: "Sudah selesai pak"
Pakpol1: "Sekarang kerja dimana?"
Saya: "Di B*******a pak"
Pakpol1: "Dibagian apa?"
Saya: "Bagian pendidikan pak" (Dalam hati saya berbicara "Ah kepo nih pakpol, pake basa basi segala, bilang aja mau nilangkan. hayooo").

Pakpol1: "Mana SIM dan STNKnya?"
(kemudian saya menunjukkaan SIM dan STNK)
Pakpol1: "Sudah pernah kena tilang sebelumnya?"
Saya: "Alhamdulillah, belum pernah pak"

Pakpol1: "Yaudah, sini ikut saya ke pos polisi" (sambil membawa SIM dan STNK saya)

Saya dengan terpaksa mengikuti kemauan pakpol ke pos polisi. Sesampainya saya di pos polisi, surat-surat saya diserahkan ke pak polisi lainnya (pakpol2) yang sudah menunggu didalam pos. Ternyata bukan hanya saya sendiri saat itu terkena tilang, ada mungkin sekitar 5 orang yang ikut mengantri di depan saya. Saya dengan sikap santai mengikuti saja antrian yang kena tilang. Ada yang keluar dari pos sambil marah, ada yang keluar dari pos dengan muka lesu, ada juga yang keluar dari pos menyuruh temannya untuk meminjam uang karena dia tidak bawa uang. Disuruh menunggu ya saya menunggu. Kemudian saya mencoba menelpon bapak saya, bukan untuk meminta bantuan ya tapi saya menelpon untuk memberitahukan kepada bapak kalau obatnya sudah saya beli sesuai permintaannya.

Tidak berapa lama, saya disuruh masuk oleh pak polisi (pakpol2) yang ada didalam pos, setelah saya lihat pakpol yang berada di dalam pos ternyata masih muda. Jika saya taksir, umurnya mungkin sekitar 27-an karena memang mukanya masih muda sekali (walaupun waktu itu mukanya ditutup pakai masker). Saya dipersilahkan duduk oleh pakpol2. Dan disinilah terjadi percakapan yang sangat menggelikan, jika saya mengingat peristiwa tersebut saya akan tertawa karena mengingat bagaimana sikap si pakpol2 terhadap saya.

Saya: (sambil memainkan hp, setelah menelepon bapak dan saya simpan dalam tas kecil yang saya bawa waktu itu)
Pakpol2: "Silahkan duduk"
Saya: "Terimakasih pak"
Pakpol2: "Tolong matikan telepon nya"
Saya: (dengan rasa bingung) "Sudah pak. Ini sudah dalam tas"
Pakpol2: (sedikit membentak) "Matikan teleponnya. Coba mana HP nya saya lihat?"
Saya: (tambah bingung, "maunya ini polisi apa?") "Iniiii bapak, sudah saya matikan" (sambil menunjukkan hp).

Pakpol2: "Coba pencet, saya mau lihat apakah benar sudah kamu matikan?"
Saya: (dengan sedikit kesal) "Yaelah pak, ini sudah mode off. Lagian kenapa dengan hp saya? takut saya foto? takut saya rekam? (dalam hati saya dongkol sekali, ini polisi mau nilang apa mau merampok hp saya. Perintah suruh mematikan hp tidak hanya sekali sebelum percakapan di lanjutkan, mungkin sekitar 5x an lebih. Saya fikir, sepertinya bapak ini kebanyakan browsing internet dan nonton berita polisis dikasuskan. Jadi takut sekali kalau saya foto atau saya rekam dan saya jadikan sebagai alat bukti hhehe. Yaelah pak, takutnya segitu amat. Santai aja keles).

Setelah pakpol2 sudah benar-benar yakin kalau hp yang saya pegang tadi sudah benar-benar off. Kemudian percakapan antara kami berdua dilanjutkan.

Pakpol2: "Begini ya pak Taqrim" (gayanya sambil membuka buku pasal dan membuka buku tilang) "Bapak telah melanggar rambu-rambu lalu lintas, terkait pasal blablablabla, dengan denda sebesar 500.000.00,-."
Saya: "Iya pak, saya mengaku salah. Tilang aja gak apa-apa".
Pakpol2: (Menulis di kertas tilang yang saya sendiri tidak tahu yang ditulis bapak itu apa haha) "Oke, bapak tanda tangan disini" (sambil menunjukkan tempat yang telah dia beri tanda).
Saya: (masih dengan gaya santai, saya tanda tangani. Saya berfikir, gak apa-apa lah kena tilang. Biar saya punya pengalaman ditilang pertama kali dan bagaimana rasanya ikut disidang di kantor pengadilan karena melanggar lalu lintas. Dan saya memang tidak ada niat ingin menyogok atau dalam bahasa sopannya uang damai).
Pakpol2: "bapak tau dimana kantor pengadilannya?"
Saya: "ga tau pak. Emang dimana ya pak?"
Pakpol2: "Di jalan Kapten A. Rivai. Sidangnya nanti tanggal 8 April"
Saya: "Ooh, oke pak. Saya akan kesana"
Pakpol2: (bertanya kembali) "Tau kan tempat kantor pengadilannya?"
Saya: "Kalau sekarang belum tau, nanti saya searching pakai google map aja pak. Mudah itu"
Pakpol2: (Sambil clingak clinguk bingung, mungkin bapak ini bingung. Bisa-bisanya orang mau di tilang kok santai dan pasrah begini) "Beneran ya tau tempanya dimana?"
Saya: (Sedikit kesal) "Iyaa paak. Nanti saya cari tempat pengadilannya"

Pakpol2: "yaudah kalau gitu, ini kertas tilangnya" (menunjukkan kepada saya, tapi tidak diberikan) "bayarnya disini".
Saya: "loh, bayar disini gimana pak? Katanya di kantor pengadilan?"
Pakpol2: (to the point) "Sini seratus ribu"
Saya: (geleng-geleng kepala bingung) "Seratus ribu? Waduh pak, maaf sekali. Saya tidak punya uang seratus ribu. Isi dompet saya cuma tinggal berapa puluh lagi dan tidak sampai seratus ribu"
Pakpol2: "Coba mana dompetmu saya lihat? Seratus ribu"
Saya: "Ya Allah pak, ga percaya bener" (sambil menunjukkan isi dompet saya) "Nih cuma segini lagi pak cuma beberapa puluh lagi"
Pakpol2: "Itu ada berapa isinya? Seratus ribu masa ga ada? Coba hitung ada berapa itu?"
Saya: "Astakhfirullah, nih pak ya saya hitung. Sepuluhannya ada 3, duapuluh an satu, terus uang seribu yang sudah lusuh. Total kesemuanya 51.000.00,-"
Pakpol2: "Yaudah sini kasih sama saya"
Saya: (bengong, kok jadinya gini?) -__-" "sama uang seribu lusuh ini pak?"


Dan akhirnya, semua uang dalam dompet saya di ambil semua sama pakpol2, termasuk juga uang seribu lusuh, uang kembalian dari tukang parkir sebelum saya kena tilang tadi. Saya ikhlaskan uang saya di ambil sama pakpol2, saya tidak menggerutu. Bahkan dalam hati saya tertawa dengan tingkah laku pakpol2 dan saya sangat bersyukur kepada Allah atas teguran yang telah Allah berikan kepada saya. Saya ikhlas karena saya tidak merasa menyogok. Kenapa tidak menyogok? Karena saya tidak meminta / berkata untuk damai dengan meberikan sejumlah uang kepada pakpol2. Kalian lihat percakapan diatas? Sebenarnya yang terjadi justru pakpol2 mengemis kepada saya, pakpol2 meminta sedekah kepada saya. Dengan meminta uang 100.000.00,- berhubung di dalam dompet saya hanya ada 50.000.00,- maka dia meminta uang tersebut. Dan andaikata didalam dompet saya saat itu ada uang 100.000.00,- insyaAllah dengan ikhlas akan saya berikan.

Kalian sudah membaca tulisa saya sebelumnya yang berjudul "Musibah sebagai alarm diri". Jika belum silahkan dibaca terlebih dahulu karena musibah ini juga ada keterkaitannya dengan cerita saya sebelumnya.

Pesan Moral ke-1.
Taati peraturan lalu lintas. Perhatikan rambu-rambu jalan. Jangan menerobos lamu merah dan peraturan lainnya, demi keselamatan kita bersama. Satu lagi pesan saya, jangan lupa pagi-pagi  minum AQUA supaya terjaga fokusnya dan tidak mengalami hal yang sama seperti yang telah saya alami hehe.

Pesan Moral ke-2.
Sembari saya mengendarai motor, sepanjang perjalanan saya berfikir apa yang telah saya lakukan dan saya lupakan sehingga Allah menegur saya dengan musibah tersebut?
Astakhfirullah, saya baru ingat. Ternyata memang ada yang telah saya lupakan. Yaitu suatu hal yang sudah saya niatkan dari beberapa hari sebelum terjadinya musibah kena tilang ini yang belum sempat saya laksanakan. MasyaAllah, astakhfirullahalazim. Ampuni kelalaian hamba ya Allah. Akhirnya sepulang dari kegiatan saya siang tadi saya dengan segera menunaikan apa yang telah menjadi niat saya dari beberapa hari sebelumnya. Akhir kata, apapun musibah yang kita alami, usahakan untuk tetap tenang. Jangan panik, jangan berburuk sangka kepada Allah. Allah itu sebenarnya saaaaayang dengan kita. Allah ingin yang terbaik untuk kita. Ayo, mulai sekarang. Tanamkan dalam diri untuk senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Apapun musibah yang kita alami, percayalah itu adalah alarm diri kita. Cepat-cepat ingat kepada Allah, istikhfar yang banyak agar kita terhindar dari kelalaian. Dan mari kita sama-sama bedoa, bermunajat kepada Allah, semoga pakpol2 dan pakpol yang lainnya dan orang yang melakuan praktik suap menyuap semoga mereka  mendapatkan hidayah, dan semoga mereka segera bertaubat dan taubat mereka diterima Allah. Aamiin Allahuma aamin.

Ya Allah, zat yang Maha Kuasa, lindungilah saya dan keluarga saya serta orang yang membacakan doa ini dari kelalaian, dari perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme. Tempatkanlah kami bersama orang-orang yang Engkau cintai, Engkau ridhoi, lindungilah kami dari azab Mu yang pedih, lindungilah kami dari siksaan kubur-Mu, lindunginlah kami dari siksaan api neraka-Mu, dan kembalikanlah kami dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin ya rabbal alamin

Wallahualam.

Nikmat Penglihatan Dari Allah


Salahsatu nikmat dari Allah yaitu nikmat penglihatan. Ketika nikmat tersebut dikurangi potensinya untuk melihat, sungguh saat itulah diri ini sadar betapa Maha Sayangnya Allah dengan kita.

Diyaumil mahsyar nanti semua akan diminta pertanggung jawabannya. Tanpa terkecuali mata kita. Mata akan di tanya "dipergunakan untuk melihat apa saja mata kita." Terkadang diri ini malu dengan Allah, begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan. Tapi diri yang hina ini masih suka lalai dalam mensyukuri nikmat dari Allah.

Semoga teguran dari Allah ini berupa berkurangnya nikmat penglihatan semakin mendekatkan diri ini kepada Allah bukan sebaliknya. Hingga ketika ajal menjemput, mata ini telah dipergunakan semata-mata untuk mengharapkan ridho dari Allah SWT.

Berkumpulah Dengan Orang Soleh Sebagai Obat Hati


Orang bijak pernah berpesan,"Perhatikanlah dengan siapa kamu berteman, karena itu akan menentukan pola fikir dan tingkah lakumu di masa yang akan datang." Jika kita telaah lebih jauh. Peran serta seorang teman (pergaulan) sedikit banyak tentu akan membentuk karakter pada diri kita.

Sore tadi, saya sempat berbincang-bincang dengan seorang teman. Sebut saja si-A. A ini punya teman sebut saja si-B, dulu nya sangat akrab dan kita tahu betul bagaimana karakter B. Si-B yang dulu kita kenal sangat pemalu, lugu dan sopan. Selang berapa lama kemudian, semenjak si-B tidak mengakrabkan diri lagi dengan saya dan si A, si B mulai menampakkan perubahan yang saaangat jauh berbeda dari pertama kami kenal dulu.

B sekarang sudah kenal "ROKOK" yang dulu kami tau, jangankan merokok, memegangnya saja dia ogah. Mata saya terbelalak, mulut saya sedikit terbuka, saya tercengang seketika melihat perubahan sikap dan tingkah laku si B. Dengan di saksikan oleh mata kepala saya sendiri, si B merokok dengan santainya di depan saya waktu itu.

Setelah saya coba telusuri apa penyebabnya, tidak lain dan tidak bukan yaitu "PERGAULAN". Sungguh sangat di sayangkan. Anak sebaik dia bergaul dengan orang yang salah.

Oke, mungkin sebagian orang menganggap ini hal sepele karena cuma rokok. Tapi tidak tahukah kalian, pecandu narkotika berawal dari hal sepele seperti ini?

Saya hanya bisa berdoa, semoga si B mendapatkan hidayah dan kembali menjadi anak yang soleh.

Ini hanya contoh kecil, bagaimana pergaulan mempengaruhi pola fikir dan tingkah laku kita.

Mari, mulai dari sekarang. Perhatikanlah dengan siapa kita bergaul. Untuk mereka yang belum mendapat hidayah, kita boleh saja berteman tapi jangan terlalu akrab.

Selain peran serta didikan kedua orang tua. Pergaulan cukup besar peran nya bagaimana nanti masa depan kita.

Wallahualam.

Berdoalah Dikala Hujan


Saat hujan membasahi bumi, berdoalah. Karena ada suatu waktu disaat hujan, doa kita mustajab.

Saat kehujanan dijalan, bersyukurlah karena hujan itu anugrah. Tidakkah kita ingat disaat kita di landa kekeringan kita memohon agar hujan turun? Terus kenapa disaat hujan sudah turun kita membencinya.

Kehujanan di jalan itu sebuah takdir. Yaa takdir yang telah ditentukan oleh Allah. Saya sempat teringat dengan firman Allah,"tidak akan berubah nasip suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya." Saya jadi tahu yang mana namanya takdir. Disaat kita sudah berusaha supaya tidak kehujanan dan ternyata ditengah jalan kita kena hujan, itulah yang namanya takdir. Dan kita bisa merubahnya dengan cara seperti apa? Lihat ke langit, sebelum hujan turun akan ada suatu tanda misal: langit gelap, angin bertiup kencang, dll. Jika sudah demikian, janganlah memaksakan diri untuk menerobosnya jika tidak ingin kehujanan dijalan. Itulah yang saya tangkap sebagai salah satu makna dari firman Allah tersebut.

Allah itu keren ya, bisa mengatur waktu yang tepat. Pernah waktu itu, ketika saya sedang di jalan pulang dari kerja mengendarai sepeda motor lusuh berwarna biru kesayanganku, suasana langit memang sudah mendung dan awan hitam sudah semakin berani menampakkan wujudnya. Saya terus saja melaju dengan sepeda motor kesayanganku, ketika ditengah-tengah perjalanan angin bertiup begitu kencang dan dalam hitungan detik curah hujan yang begitu lebat turun mengguyur bumi ini. Apa yang terjadi dengan saya? Dengan serta merta saya langsung menepikan motor untuk mencari tempat berlindung agar tidak kehujanan. Walaupun waktu itu ada jas hujan di bawah jok motor. Dan disini rencana Allah itu keren, Allah menuntunku untuk berenti di sebuah tempat sebut saja FB. Tempat ini merupakan tempat untuk membeli pempek makanan khas kota Palembang.

Akhir cerita, kalian pasti sudah bisa menebak apa yang akan saya lakukan. Yes, thats right, saya mampir dan masuk ke toko tersebut bukan hanya untuk berlindung supaya tidak basah karena hujan tapi saya bisa sekalian membeli pempek makanan khas kota Palembang dengan santai. Ditemani laptop yang terkoneksi ke internet, pempek yang hangat dan pedas serta makanan hangat lainnya.

Apakah ini sebuah kebetulan?
percayalah kawan, tidak ada suatu yang kebetulan didunia ini, melainkan Allah sudah merencanakan dalam setiap kejadian.


Wallahualam.


Bermain laptop ditemani pempek Kapal Selam
Menanti hujan yang tidak kunjung reda

Tersenyumlah Karena Allah


TERSENYUMLAH, karena senyum itu ibadah. Ibadah yang paling ringan adalah senyuman, dengan senyum kita mendapatkan banyak keuntungan:

  • Kita terlihat ramah senyum dimata orang lain,
  • Wajah kita seolah menggambarkan keceriaan,
  • Orang akan jauh dari berfikir buruk ketika berbicara dengan kita,
  • Masalah akan terasa ringan, dan
  • Rejeki akan lebih mudah untuk datang.

Tidak percaya? Coba saja lihat Alfa**rt dan Indo**rt mereka menerapkan 3S (Salam, Sapa, Senyum). Ini menunjukkan bahwa senyum itu merupakan poin penting dalam setiap kegiatan tanpa terkecuali dalam bisnis.

Lihat juga di tempat lain seperti Care**ur. Ketika kita masuk akan selalu ada karyawan yang menerapkan 3S.

Jika mereka terlihat anggun dengan senyumnya, kenapa kita tidak mencoba?

Kerja Itu Dakwah


Ada hal menarik ketika saya bersama teman makan di Rumah Makan "Ayam Penyet Suroboyo". Mataku tertuju pada pernik-pernik baju karyawannya. Satu hal yang sempat membuat saya tertegun yaitu tulisan yang melekat pada baju mereka,"Kerja itu Dakwah." Bagi sebagian orang, kerja dianggap hal yang membosankan. Kerja di anggap pemicu stress ringan, bahkan terkadang stres berat. Penuh dengan tekanan dari atasan, belum di tambah kerjaan yang menumpuk di atas meja menunggu deadline tiba, hal itulah terkadang membuat mereka jenuh, benci, bahkan sampai ada pertikaian antar karyawan karena hal yang seharusnya tidak perlu di pertikaikan.

Tapi saya sangat setuju dengan selogan yang tertempel pada baju karyawan di RM tersebut.

Ya, kerja itu ibadah. Kerja itu Dakwah. Kerja itu sebagai refreshing diri. Tapi, jika dilakukan dengan ikhlas dan penuh syukur.

Jangan mengeluh dalam bekerja. Nikmati saja prosesnya, jika kita tidak suka pada posisi tersebut dan ingin meningkatkan posisi kita, kita perbanyak saja belajar menambah skill dan prestasi kita.

InsyaAllah dengan sendirinya kondisi kita akan menjadi lebih baik.

Karena janji Allah,"Allah akan meninggikan beberapa derajat bagi orang yang berilmu." Untuk dapat ilmu dengan cara apa? Tidak lain tidak bukan ya BELAJAR.

Musibah Sebagai Alarm Diri

Sumber Gambar: img[dot]indonetwork[dot]co[dot]id

"Musibah sebagai alarm diri" saya tiba-tiba terfikir sebuah judul artikel yang akan saya tulis ini tidak lama setelah saya mengalami musibah. Kamu lihat gambar di atas? Benar sekali, itu adalah portal pintu masuk. Biasanya ketika kita akan memasuki sebuah mall, kita akan melalui terlebih dahulu portal ini kemudian mengambil tiket masuk dan secara otomatis portal akan tertutup tidak lama setelah kita berlalu.

Terus hubungannya portal pintu masuk dengan cerita yang akan saya bagikan ini apa? Oke, santai... akan saya ceritakan sebuah kejadian yang benar-benar saya alami dan karena kejadian tersebut membuat saya sadar akan kasih sayangnya Allah kepada saya.

Sore itu, saya bersama dengan teman berniat untuk menonton sebuah film di Bioskop dengan judul film Kungfu Panda 3. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 14.00 saya dan teman tiba di mall ******** (sensor). Ketika akan melewati portal masuk, motor didepan kami sudah lebih dahulu lewat dan motor kami posisinya tepat di belakang dia. Entah kenapa, setelah saya memencet tombol hijau dan mengambil tiket, besi portal tidak maunya terangkat ke atas, secara otomatis motor kami tertahan.

Kemudian datang seorang petugas dengan mambawa besi dan menyuruh kami untuk mundur sedikit dari portal kemudian saya melihat dia seakan-akan memancing sensor portal denga sedikit mengayunkan besi yang telah dia siapkan sebelumnya.

Tidak berapa lama kemudian, portal mengangkat dan teman saya langsung menarik gas untuk menjalankan motor. Sialnya, ketika motor posisinya tepat di tengah portal dan tiba-tiba besi portal turun dengan begitu cepat sehingga saya tidak sempat lagi untuk mengelak dan terdengarlah "BRAAAK" suara besi yang beradu dengan kaca helm saya. Kaki saya secara sepontan terangkat dan badan saya terlentang ke belakang karena tertahan oleh besi portal.

Satu yang sangat saya bersyukur sekali kepada Allah, bahwa ketika portal tersebut mengenai saya, kaca helm saya dalam posisi tertutup rapat bahkan double kaca luar dan dalam dipakai semua. Ketika kepala saya terkena besi portal, otomatis badan saya terlentang kebelakang dan untungnya teman tidak terlalu lambat dalam menarik gas motor, sehingga kepala saya bisa lolos dan tidak menyangkut dibesi portal.

Kalian bisa bayangkan, bagaimana jika teman saya tidak menarik gas dengan waktu yang tepat, mungkin besi portal sudah mengenai leher saya dan otomatis saya akan terjungkal ke belakang dan kemungkinan lebih parahnya lagi, karena terkejut teman saya bisa saja saya ikut tarik ke belakang dan spontan tangan dia akan menarik gas ke belakang, itu bisa menyebabkan kecelakaan yang lebih parah.

Motor sempat kami hentikan sebentar untuk mengingat kejadian apa yang barusan terjadi. Fikiran saya langsung menerawang jauuuh sekali, saya bertanya kepada diri saya pribadi. Hal apakah gerangan yang telah saya lakukan sehingga Allah memberi saya musibah tersebut? Hal apa yang membuat Allah marah dengan saya? Apaka yang telah saya lakukan? Begitu banyak sekali pertanyaan yang muncul dibenak saya waktu itu.

Setelah beberapa saat saya terdiam, teman membuyarkan lamunanku dengan mencoba mengajak untuk berbicara.

"Fiuuuh", saya membuang nafas dengan begitu berat. Mencoba menganalisa dengan logika kejadian yang telah saya alami.

Satu kesimpulan yang saya dapatkan bahwa "Allah itu sayang dengan saya", Dia memberikan saya sebuah musibah tidak lain karena perbuatan saya sendiri. Musibah itu sebagai alarm diri saya, bahwa ada suatu hal yang telah saya lakukan dan Allah tidak suka. Allah tidak redho dengan perbuatan tersebut, mangkanya Allah memberi peringatan kepada saya. Entah bagaimana jadinya jika Allah sudah tidak sayang lagi dengan saya, mungkin saja saya tidak akan bisa menulis cerita ini karena anggota badan saya tidak berfungsi dengan normal, bahkan bisa saja saya sudah berada di alam lain (alam kematian).

Satu pesan saya bagi yang membaca tulisan ini. Gunakan selalu helm, walaupun jarak tempuhnya tidak terlalu jauh. Helm sebagai perlindungan pertama ketika kita terjatuh, setidaknya kepala kita aman. Kemudian berhati-hatilah jika akan melewati portal pintu masuk, pastikan portal berfungsi secara baik, jika kejadiannya seperti yang saya alami, mundurkanlah motor lebih jauh dari besi portal dan ketika mengangkat biarkan besi tertutup terlebih dahulu kemudian pencet kembali tombol hijau, itu lebih baik ketimbang kalian langsung menerobos portal yang terangkat karena sensornya di pancing.

Terlepas daripada itu, satu lagi pesan saya. Apapun musibah yang kita alami, entah itu tersandung, entah itu jatuh, entah itu musibah lainnya. Janganlah berburuk sangka kepada Allah. Berbaik sangkalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah masih sayang dengan kita. Allah menyuruh kita berfikir, musibah itu sebuah alarm bagi diri kita, bagi iman kita bahwa kita harus perbanyak mengingat Allah. Jangan lalai akan mengingat Allah, karena hidup dan mati kita hanyalah milik Allah semata. Jika kita terkena musibah, coba berfikir sejenak, renungkan, apa yang sebelumnya telah kita lakukan. Setelah tahu jawabannya, muhasabah dirilah, ayo kita perbaiki diri kita. Lebih mendekatkan diri kepada Allah, dengan demikian insyaAllah kita akan terjauh dari musibah yang tidak kita inginkan karena yang menjaga diri kita langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.