Polisiku Sayang Polisiku Malang


Seumur hidup dari pertama kali belajar bemotor kelas 3 SMP sampai sekarang, alhamdulillah belum pernah satu kalipun kena tilang yang sampai harus kena dendan. Hari ini 26 Maret 2016 kurang lebih jam 11 pagi tadi, rekor diriku terpecahkan. Bapak-bapak dan ibu-ibu tau apa yang terjadi dengan saya? Saya kena tilang oleh bapak polisi yang baik hati ("haha",sambil tertawa dalam hati).

Jadi ceritanya begini, tadi pagi saya pergi ke pasar 16 (pasar tradisional kota Palembang) untuk membeli obat bapak saya yang sedang sakit. Motor, saya parkir tidak jauh dari toko tempat saya membeli obat. Setelah saya selesai membeli obat, saya menuju tempat parkir motor kemudian mengambil motor dan tidak lupa untuk membayar biaya parkir sebesar 2.000.00,- ^0^.

Tempat saya memarkir motor terletak di jalur sebelah kiri jalan yang memang disana ada dua jalur untuk kendaraan. Jalur sebelah kiri untuk kendaraan umum dan jalur sebelah kanan untuk kendaraan pribadi. Pagi itu entah kenapa saya lupa kalau ada rambu-rambu. Setelah saya menghidupkan motor, dengan rasa tidak bersalah saya langsung menjalankan motor dan ternyata saya berjalan di jalur kendaraan umum. Sialnya lagi, di ujung jalan ada pak polisi yang baik hati sudah menunggu saya dengan sabar sekali. (kalian tau lah bagaimana rasanya jatuh cinta pandangan pertama, mungkin itu yang pak polisi lihat ketika saya berjalan di jalur yang salah -___-").

Dari jarak 10 meter saya sudah melihat isyarat telapak tangan pak polisi kepada saya yang artinya saya disuruh untuk berhenti dan menepi ke pinggir jalan.

Pakpol1: (dengan gaya sikap hormat bendera) "Selamat pagi".
Saya: "Iya, selamat pagi pak. Ada yang bisa saya bantu?" (loh, kok saya yang ngebantu?)
Pakpol1: "Adik tahu kesalahannya apa?"
Saya: (sambil mikir dan bingung) "mmm, kesalahan saya apa ya pak?"

Pakpol1: "Adik telah melanggar rambu-rambu lalu lintas. Sebelah kiri itu jalur kendaraan umum, dan sebalah kanan jalur kendaraan pribadi"
Saya: (dengan masih bingung) "Terus saya tadi lewat jalur yang mana pak?"
Pakpol1: "Adik tadi lewat jalur sebelah kiri. Tuh lihat motor lain lewatnya jalur sebelah kanan bukan sebelah kiri." (sesekali kumisnya di naik turunkan).
Saya: (setelah sadar bahwa saya salah) "Oohhh. iya ya pak? Iya deh maaf, saya mengaku salah pak. Tadi saya habis membeli obat, dan saya lupa kalau ada rambu-rambunya. Maklum pagi pak, saya belum minum Aqua *yang aqua ini saya menambahi sedikit" (saya berbicara sambil memasang muka memelas, ya seperti di film-film gitu kayak ada air mata berlinangnya hehe).
Pakpol1: "Adik masih kuliah?"
Saya: "Sudah selesai pak"
Pakpol1: "Sekarang kerja dimana?"
Saya: "Di B*******a pak"
Pakpol1: "Dibagian apa?"
Saya: "Bagian pendidikan pak" (Dalam hati saya berbicara "Ah kepo nih pakpol, pake basa basi segala, bilang aja mau nilangkan. hayooo").

Pakpol1: "Mana SIM dan STNKnya?"
(kemudian saya menunjukkaan SIM dan STNK)
Pakpol1: "Sudah pernah kena tilang sebelumnya?"
Saya: "Alhamdulillah, belum pernah pak"

Pakpol1: "Yaudah, sini ikut saya ke pos polisi" (sambil membawa SIM dan STNK saya)

Saya dengan terpaksa mengikuti kemauan pakpol ke pos polisi. Sesampainya saya di pos polisi, surat-surat saya diserahkan ke pak polisi lainnya (pakpol2) yang sudah menunggu didalam pos. Ternyata bukan hanya saya sendiri saat itu terkena tilang, ada mungkin sekitar 5 orang yang ikut mengantri di depan saya. Saya dengan sikap santai mengikuti saja antrian yang kena tilang. Ada yang keluar dari pos sambil marah, ada yang keluar dari pos dengan muka lesu, ada juga yang keluar dari pos menyuruh temannya untuk meminjam uang karena dia tidak bawa uang. Disuruh menunggu ya saya menunggu. Kemudian saya mencoba menelpon bapak saya, bukan untuk meminta bantuan ya tapi saya menelpon untuk memberitahukan kepada bapak kalau obatnya sudah saya beli sesuai permintaannya.

Tidak berapa lama, saya disuruh masuk oleh pak polisi (pakpol2) yang ada didalam pos, setelah saya lihat pakpol yang berada di dalam pos ternyata masih muda. Jika saya taksir, umurnya mungkin sekitar 27-an karena memang mukanya masih muda sekali (walaupun waktu itu mukanya ditutup pakai masker). Saya dipersilahkan duduk oleh pakpol2. Dan disinilah terjadi percakapan yang sangat menggelikan, jika saya mengingat peristiwa tersebut saya akan tertawa karena mengingat bagaimana sikap si pakpol2 terhadap saya.

Saya: (sambil memainkan hp, setelah menelepon bapak dan saya simpan dalam tas kecil yang saya bawa waktu itu)
Pakpol2: "Silahkan duduk"
Saya: "Terimakasih pak"
Pakpol2: "Tolong matikan telepon nya"
Saya: (dengan rasa bingung) "Sudah pak. Ini sudah dalam tas"
Pakpol2: (sedikit membentak) "Matikan teleponnya. Coba mana HP nya saya lihat?"
Saya: (tambah bingung, "maunya ini polisi apa?") "Iniiii bapak, sudah saya matikan" (sambil menunjukkan hp).

Pakpol2: "Coba pencet, saya mau lihat apakah benar sudah kamu matikan?"
Saya: (dengan sedikit kesal) "Yaelah pak, ini sudah mode off. Lagian kenapa dengan hp saya? takut saya foto? takut saya rekam? (dalam hati saya dongkol sekali, ini polisi mau nilang apa mau merampok hp saya. Perintah suruh mematikan hp tidak hanya sekali sebelum percakapan di lanjutkan, mungkin sekitar 5x an lebih. Saya fikir, sepertinya bapak ini kebanyakan browsing internet dan nonton berita polisis dikasuskan. Jadi takut sekali kalau saya foto atau saya rekam dan saya jadikan sebagai alat bukti hhehe. Yaelah pak, takutnya segitu amat. Santai aja keles).

Setelah pakpol2 sudah benar-benar yakin kalau hp yang saya pegang tadi sudah benar-benar off. Kemudian percakapan antara kami berdua dilanjutkan.

Pakpol2: "Begini ya pak Taqrim" (gayanya sambil membuka buku pasal dan membuka buku tilang) "Bapak telah melanggar rambu-rambu lalu lintas, terkait pasal blablablabla, dengan denda sebesar 500.000.00,-."
Saya: "Iya pak, saya mengaku salah. Tilang aja gak apa-apa".
Pakpol2: (Menulis di kertas tilang yang saya sendiri tidak tahu yang ditulis bapak itu apa haha) "Oke, bapak tanda tangan disini" (sambil menunjukkan tempat yang telah dia beri tanda).
Saya: (masih dengan gaya santai, saya tanda tangani. Saya berfikir, gak apa-apa lah kena tilang. Biar saya punya pengalaman ditilang pertama kali dan bagaimana rasanya ikut disidang di kantor pengadilan karena melanggar lalu lintas. Dan saya memang tidak ada niat ingin menyogok atau dalam bahasa sopannya uang damai).
Pakpol2: "bapak tau dimana kantor pengadilannya?"
Saya: "ga tau pak. Emang dimana ya pak?"
Pakpol2: "Di jalan Kapten A. Rivai. Sidangnya nanti tanggal 8 April"
Saya: "Ooh, oke pak. Saya akan kesana"
Pakpol2: (bertanya kembali) "Tau kan tempat kantor pengadilannya?"
Saya: "Kalau sekarang belum tau, nanti saya searching pakai google map aja pak. Mudah itu"
Pakpol2: (Sambil clingak clinguk bingung, mungkin bapak ini bingung. Bisa-bisanya orang mau di tilang kok santai dan pasrah begini) "Beneran ya tau tempanya dimana?"
Saya: (Sedikit kesal) "Iyaa paak. Nanti saya cari tempat pengadilannya"

Pakpol2: "yaudah kalau gitu, ini kertas tilangnya" (menunjukkan kepada saya, tapi tidak diberikan) "bayarnya disini".
Saya: "loh, bayar disini gimana pak? Katanya di kantor pengadilan?"
Pakpol2: (to the point) "Sini seratus ribu"
Saya: (geleng-geleng kepala bingung) "Seratus ribu? Waduh pak, maaf sekali. Saya tidak punya uang seratus ribu. Isi dompet saya cuma tinggal berapa puluh lagi dan tidak sampai seratus ribu"
Pakpol2: "Coba mana dompetmu saya lihat? Seratus ribu"
Saya: "Ya Allah pak, ga percaya bener" (sambil menunjukkan isi dompet saya) "Nih cuma segini lagi pak cuma beberapa puluh lagi"
Pakpol2: "Itu ada berapa isinya? Seratus ribu masa ga ada? Coba hitung ada berapa itu?"
Saya: "Astakhfirullah, nih pak ya saya hitung. Sepuluhannya ada 3, duapuluh an satu, terus uang seribu yang sudah lusuh. Total kesemuanya 51.000.00,-"
Pakpol2: "Yaudah sini kasih sama saya"
Saya: (bengong, kok jadinya gini?) -__-" "sama uang seribu lusuh ini pak?"


Dan akhirnya, semua uang dalam dompet saya di ambil semua sama pakpol2, termasuk juga uang seribu lusuh, uang kembalian dari tukang parkir sebelum saya kena tilang tadi. Saya ikhlaskan uang saya di ambil sama pakpol2, saya tidak menggerutu. Bahkan dalam hati saya tertawa dengan tingkah laku pakpol2 dan saya sangat bersyukur kepada Allah atas teguran yang telah Allah berikan kepada saya. Saya ikhlas karena saya tidak merasa menyogok. Kenapa tidak menyogok? Karena saya tidak meminta / berkata untuk damai dengan meberikan sejumlah uang kepada pakpol2. Kalian lihat percakapan diatas? Sebenarnya yang terjadi justru pakpol2 mengemis kepada saya, pakpol2 meminta sedekah kepada saya. Dengan meminta uang 100.000.00,- berhubung di dalam dompet saya hanya ada 50.000.00,- maka dia meminta uang tersebut. Dan andaikata didalam dompet saya saat itu ada uang 100.000.00,- insyaAllah dengan ikhlas akan saya berikan.

Kalian sudah membaca tulisa saya sebelumnya yang berjudul "Musibah sebagai alarm diri". Jika belum silahkan dibaca terlebih dahulu karena musibah ini juga ada keterkaitannya dengan cerita saya sebelumnya.

Pesan Moral ke-1.
Taati peraturan lalu lintas. Perhatikan rambu-rambu jalan. Jangan menerobos lamu merah dan peraturan lainnya, demi keselamatan kita bersama. Satu lagi pesan saya, jangan lupa pagi-pagi  minum AQUA supaya terjaga fokusnya dan tidak mengalami hal yang sama seperti yang telah saya alami hehe.

Pesan Moral ke-2.
Sembari saya mengendarai motor, sepanjang perjalanan saya berfikir apa yang telah saya lakukan dan saya lupakan sehingga Allah menegur saya dengan musibah tersebut?
Astakhfirullah, saya baru ingat. Ternyata memang ada yang telah saya lupakan. Yaitu suatu hal yang sudah saya niatkan dari beberapa hari sebelum terjadinya musibah kena tilang ini yang belum sempat saya laksanakan. MasyaAllah, astakhfirullahalazim. Ampuni kelalaian hamba ya Allah. Akhirnya sepulang dari kegiatan saya siang tadi saya dengan segera menunaikan apa yang telah menjadi niat saya dari beberapa hari sebelumnya. Akhir kata, apapun musibah yang kita alami, usahakan untuk tetap tenang. Jangan panik, jangan berburuk sangka kepada Allah. Allah itu sebenarnya saaaaayang dengan kita. Allah ingin yang terbaik untuk kita. Ayo, mulai sekarang. Tanamkan dalam diri untuk senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Apapun musibah yang kita alami, percayalah itu adalah alarm diri kita. Cepat-cepat ingat kepada Allah, istikhfar yang banyak agar kita terhindar dari kelalaian. Dan mari kita sama-sama bedoa, bermunajat kepada Allah, semoga pakpol2 dan pakpol yang lainnya dan orang yang melakuan praktik suap menyuap semoga mereka  mendapatkan hidayah, dan semoga mereka segera bertaubat dan taubat mereka diterima Allah. Aamiin Allahuma aamin.

Ya Allah, zat yang Maha Kuasa, lindungilah saya dan keluarga saya serta orang yang membacakan doa ini dari kelalaian, dari perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme. Tempatkanlah kami bersama orang-orang yang Engkau cintai, Engkau ridhoi, lindungilah kami dari azab Mu yang pedih, lindungilah kami dari siksaan kubur-Mu, lindunginlah kami dari siksaan api neraka-Mu, dan kembalikanlah kami dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin ya rabbal alamin

Wallahualam.

Author:

3 comments:

  1. Menarik pak ceritanya :)
    pesan moral, dan pendidikannya luar biasa :)

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, semoga cerita ini ada manfaatnya untuk kita semua.

    ReplyDelete
  3. Wkwkwww...
    seru tu ceritanya pak..
    saya juga pernah kena tilang pak, tapi cuma kena 20rb gara" saya bonceng adik saya dia gak pake helm, maklum sih pak masi belum tau rambu" lalulintas di kota (ndeso banget) heheee...

    jadi pengalaman nih.. thank pak :D

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan komentar anda dengan menggunakan opsi Name/URL. Mohon jangan komentar SPAM..! Karena komentar dengan menyertakan LINK / ANCHOR TEXT atau promosi produk tertentu akan saya hapus tanpa pemberitahuan sebelumnya
Terimakasih...!!!