Taqrim kecil tinggal di daerah terpencil. Jauh dari kebisingan kota apalagi polusi udara. Kendati demikian, masa kecilnya cukup berkesan apalagi ditambah dengan teman-teman yang membuat masa kecilnya begitu menyenangkan. Ya, itulah yang dia rasakan.
Terkenang pristiwa 18 tahun silam ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Daerah pedesaan memiliki budaya yang kental, memiliki segudang cerita yang mengiris hati menembus lapisan ozon di angkasa.
Dia memiliki banyak teman seusianya. Satu hal yang tidak bisa dia lupakan adalah fobia nya terhadap rasa takut akan kegelapan malam. Mungkin karena efek menonton film horor, sehingga tertanam jauh dalam alam bawah sadarnya dan membuat dirinya takut untuk sendirian ketika malam datang.
"Ndra, temanin gua ya?", dengan mimik muka memelas dia berbicara dengan temannya.
"Mau kemana?", Hendra bertanya dengan nada keheranan.
"Mmm, temanin gua BAB ya ndra, lu tunggu depan pintu jangan kemana-mana. Entar kalau gua udah selesai, baru deh lu boleh pergi", mukanya begitu lugu dan sedikit bercahaya disinari bulan yang malam itu bersinar terang.
"hahaha, iya iya gua temenin", Hendra tertawa lepas melihat tinggah laku temannya yang takut akan kegelapan.
Dilain kesempatan, hal itu juga berlaku dengan orang-orang disekitarnya yang menurut dia bisa membantunya. Menemani dikegelapan malam menuntaskan hajatnya dengan bercahayakan bulan. Itulah yan dia lakukan.
"Bu, tungguin ya. Jangan kemana-mana, tunggu sampai Taqrim selesai", terdengar teriakan dari dalam toilet berukuran 3x4 meter dengan dinding berwarna putih dengan atap menganga lebar.
"Iya, ibu tungguin", ibunya menimpali sambil sesekali tersenyum akan tingkah laku anaknya ini.
Selang beberapa menit kemudian.
"Buuu, buuu. Masih disana kan?", kembali suara itu terdengar sampai ke rumah sebelah.
"Iyaa nak, ibu masih disini. Cepetan selesaikan BAB nya, ibu sudah ngantuk", sambil menahan kantuk ibunya menimpali.
Begitulah hari-hari yang dia lalui. Takut akan kegelapan dan selalu memiliki imajinasi yang tinggi seolah-olah ada makhluk buas dan menyeramkan diluar sana yang siap menerkamnya.
Keadaan ini terus berlanjut sampai dia tumbuh meranjak dewasa yaitu Sekolah Menengah Atas. Yaaah, walaupun tidak separah dulu, tapi rasa takutnya selalu hadir menghampirinya disetiap kegelapan datang.
Malam itu, di atas ranjang tempat tidur yang terbuat dari kayu dan sudah mulai lapuk. Dia menerawang menatap langit-langit kamar. Tatapannya kosong, sekosong botol air mineral yang tidak ada isinya. Lantas apa yang sedang dia fikirkan? Entahlah, yang pasti bukan tentang perempuan. Dia memikirkan tentang kondisinya, rasa takut yang berlibihan itu harus dia hilangkan. Jika tidak, teman, keluarga dan seisi dunia ini akan menertawakannya. Bagaimana mungkin, seorang anak laki-laki yang gagah perkasa, ketika jalan layaknya seorang prajurit perang tapi takut dengan kegegelapan. Ah, rasanya sangat lucu jika hal itu terus berlanjut.
Akhirnya dia memutuskan untuk berubah, melawan rasa takut yang selama ini menghinggap dalam dirinya. Rasa takut yang selama ini selalu menghantui disetiap langkahnya.
Yang pada akhirnya, dia BISA menakluk kan rasa takutnya. Bukan karena orang lain, bukan karena mantra-mantra yang orang dahulu percayai. TAPI dengan USAHA yang kuat dan TEKAT yang tidak pernah melemah untuk memperbaiki diri, dia bisa.
Kini, kenangan itu hanyalah tinggal sebagai cerita penghias masa tua. Cerita yang hanya dia yang tahu dan hanya dia yang merasakan.
Pesan Moral:"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS, Ar-Ra'd:11)
0 comments:
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan menggunakan opsi Name/URL. Mohon jangan komentar SPAM..! Karena komentar dengan menyertakan LINK / ANCHOR TEXT atau promosi produk tertentu akan saya hapus tanpa pemberitahuan sebelumnya
Terimakasih...!!!