Teach Like Finland (Mengajar Seperti Finlandia)


Buku: Teach Like Finland (Mengajar Seperti Finlandia)
Penulis: Timothy D. Walker
Cetakan II: Agustus 2017
Penerbit: PT Gramedia
ISBN: 987-602-452-044-1
Halaman: 197

Dalam benak ku pertama kali ketika membaca judul buku ini yaitu negara yang konsep pendidikannya sangat baik bahkan aku pernah membaca jika di negara ini para siswa di sekolah tidak memiliki pekerjaan rumah tapi uniknya mereka mengerti semua pelajaran di sekolah. Benarkah demikian?

Sebelum dimulai penjabaran atau kesimpulan yang aku dapatkan dari buku ini, perlu di pahami bahwa objek pada pembahasan yaitu anak Sekolah Dasar di Finlandia, dan data berdasarkan pengamatan satu orang bukan dari berbagai sumber. Boleh saja diterapkan pada tempat Anda mengajar (SD, SMP, SMA, Kuliah) tinggal disesuaikan saja dengan situasi dan kondisi yang ada, apakah memungkinkan untuk diterapkan.

Fakta pertama yang aku temukan dalam buku ini "Jadwal Istirahat Otak", dimana banyak sekolah dasar memberikan anak didik mereka istirahat lima belas menit setelah empat pulih lima menit pelajaran. Berdasarkan pengalaman penulis dalam satu tahun ajaran, siswa Finlandia-nya tidak pernah tidak masuk kelas dengan melompat-lompat kecil setelah istirahat 15 menit. Dan yang paling penting, mereka lebih fokus selama pelajaran.

Fakta yang ke-dua "Belajar Sambil Bergerak", bagaimana caranya ketika belajar siswa banyak bergerak tidak hanya duduk diam mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Salahsatu contoh yang diterapkan penulis ketika mengajar di Finlandia yaitu galeri berjalan. Seperti ini pelaksanaannya: para siswa menempelkan presentasi mereka di dinding kelas atau lorong seakan-akan sedang memamerkan karya mereka di sebuah galeri seni. Setiap karya diberi nomor, dan anak-anak berkeliling dari karya satu ke karya lainnya secara sistematis, mereka diberi waktu 1-2 menit untuk mempelajari dengan cermat setiap karya yang ada di hadapan mereka. Untuk membuat pengalaman ini lebih bermakna, para siswa saling memberikan masukan tertulis selagi menikmati karya dalam pameran. Sebelum mereka memulai galeri berjalan ini, penulis membagikan sticky notes dalam 2 warna yang berbeda: 1 warna digunakan siswa untuk menulis pertanyaan tentang karya penyaji untuk menjadi bahan pertimbangan, dan kertas lainnya untuk menuliskan observasi positif.

Ada juga beberapa teknik yang dilakukan penulis dalam konteks yang sama, seperti:  menari di dalam kelas selama membacakan nyanyian sebuah lagu, latihan fisik ala militer secara mendadak? Dua puluh jumping jack atau 20 detik lari di tempat, memberikan siswa kesempatan rutin untuk melakukan permainan yang menyenangkan, meminta siswa membaca buku sambil berdiri, atau menyediakan alat tulis bagi anak-anak untuk menyelesaikan tugas sambil berdiri di sekitar kelas.

Fakta yang ke-tiga, tidak benar adanya jika sekolahan di negara Finlandia tidak memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. Tapi yang benar adalah para pendidik Finlandia sering menugaskan  pekerjaan rumah yang (relatif) sedikit, yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu beberapa hari. Lebih lanjut, tugas-tugas tersebut biasanya mudah, dalam arti para siswa dapat menyelesaikan tugas secara mandiri tanpa bantuan dari orang dewasa (untuk lingkup sekolah dasar).

Fakta ke-empat "menyederhanakan ruang", jadi bagaimana guru menjaga ruang pembelajaran tetap sederhana. Dengan memajang lebih sedikit barang, tidak diragukan lagi, memberikan penegasan yang lebih besar pada beberapa barang yang ditampilkan di dinding. Itu adalah hal yang sangat baik dan juga memudahkan para siswa untuk tetap fokus.

Fakta yang ke-lima "Menghirup Udara Segar", di sekolah Komprehensif Kalevala, sebagian guru dan siswa menjaga udara secacra "alami" dengan membuka jendela kelas. Karena ketika udara pada suatu ruangan terasa segar, maka fikiran akan lebih jernih.

Fakta yang ke-enam "Masuk ke Alam Liar", salah satu bagian yang paling disukai di sekolah dasar Finlandia -setidaknya untuk mayoritas anak- adalah sesuatu yang disebut "Kemah Sekolah", di mana murid kelas 5 dan 6 Finlandia, biasanya menghabiskan beberapa hari dengan guru mereka di alam. "Penelitian menegaskan bahwa alam dapat sangat membantu anak belajar membangun kepercayaan diri mereka, mengurangi gejala gangguan hiperaktif akibat kurangnya perhatian, menenangkan anak, serta membantu mereka untuk fokus."

Jika Anda tertarik untuk memasukkan kegembiraan dalam pengajaran Anda, penulis memberikan 6 strategi untuk menguatkan rasa dimiliki di dalam kelas: mengenal setiap anak, bermain dengan mereka, merayakan keberhasilan mereka, mengejar impian kelas, menghapus perisakan (bullying) dan berkawan.

Menurut penulis juga, jika Anda tertarik dengan ide makan bersama murid-murid Anda, disarankan agar Anda memulainya secara perlahan-lahan. Selain itu, sesuatu yang dapat dilakukan di luar sekolah yang sangat berdampak positif pada hubungan kita dengan anak-anak di kelas yaitu kunjungan rumah. Cukup mebawa pena dan buku catatan, bertemu dengan walinya dan pertanyaan yang muncul bisa mulai dari "Apa hobi anak Anda" hingga "Apa yang menjadi harapan anak Anda di tahun pelajaran ini?".

Kunjungan yang dilakukan terdiri dari 2 bagian. Pertama, menghabiskan waktu bersama murid, mengobrol, dan jika mereka mau, kita berkeliling rumah mereka sambil mendengarkan hal apa saja yang sangat berarti bagi mereka. Kemudian, bertemu dengan orangtua atau wali mereka, dan mendegarkan pemahaman mereka tentang anak-anak mereka, demikian juga harapan mereka di tahun ajaran berikutnya.

Menurut penulis, merupakan sebuah kesalahan jika menetapkan sebuah mimpi kelas, tanpa berkonsultasi dengan murid-muridnya. Begitu Anda telah memutuskan sebuah mimpi yang realistis dengan siswa-siswi Anda, penting untuk memulai mendiskusikan peran-peran yang dibutuhkan.

Pernah juga para guru melakukan eksperimen dengan menawarkan sebuah program "Minggu Belajar Mandiri", yaitu pada awal minggu, mereka akan memberikan anak-anak sebuah daftar tugas yang harus mereka kerjakan hampir disetiap mata pelajaran. Pada minggu itu mereka tidak akan mendapatkan pelajaran selayaknya hari biasa. Sebagai gantinya, mereka akan memiliki jam pelajaran terbuka di mana mereka bisa menyelesaikan tugas ini sesuai kecepatan mereka masing-masing. Para guru percaya bahwa mereka akan mendatangi guru ketika memerlukan bantuan.

Satu cara sederhana untuk menghubungkan minat siswa dengan kurikulum, adalah memberikan tugas yang lebih terbuka. Contohnya, daripada menugasi setiap anak untuk membuat laporan dari buku yang sama, mereka diperbolehkan untuk membuat laporan dari buku yang mereka minati dan menyajikan pelajaran mereka melalui sebuah poster, slideshow, atau website.

Ada hal yang cukup menarik dari buku ini yaitu "membuat rencana pembelajaran bersama siswa", dimana siswa dilibatkan dalam memutuskan komponen dasar pembelajaran. Siswa akan diajak merancang outline slideshow secara singkat (berdasarkan pertanyaan mereka). Satu strategi instruksional populer yang disebut bagan TMT, dikembangkan oleh Donna Ogle di 1980-an. Berikut contoh bagaimana tampilan bagan TMT:

  • Hal-hal yang saya tahu
  • hal-hal yang mau saya ketahui
  • hal-ha yang saya telah pelajari
Dengan bertanya langsung kepada siswa, kita bisa mengetahi sejauh mana pengetahuan mereka, hal apa saja yang belum mereka ketahui dan hal apa saja yang ingin mereka ketahui. Terkadang siswa sudah lebih dulu tau mengenai materi yang akan kita sampaikan.

Pesan penulis "Jangan lupa bahagia", hal ini cocok untuk menggambarkan situasinya. Jika Anda sungguh percaya bahwa Anda merupakan guru yang lebih baik ketika Anda bekerja sama dalam suatu perpaduan dengan guru lain, saya pikir Anda akan secara alami menemukan cara yang mudah, sederhana untuk berkolaborasi. Tindakan sederhana duduk beberapa menit dengan rekan-rekan kerja akan membuat kita lebih menikmati pekerjaan kita dan tentunya hal ini bagus dalam hubungan kekeluargaan.


Fakta yang terakhir, berdasarkan pengamatan penulis yang tertuang pada buku ini, selama mengajar di Helsinki, penulis mencermati bahwa teman guru Finlandia-nya tampak cukup rutin mengundang guru lain ke kelas mereka. Berbagi ruang untuk mengatasi kebosanan dan mendapatkan ilmu baru dari orang yang berbeda. Hal ini cukup efektif karena akan memperkaya ilmu pengetahuan dari sisi pengajar dan juga siswa. Bahkan dengan mengundang para ahli datang ke kelas, kita dapat merancang pengalaman pembelajaran yang luar biasa dan tentu ini mengangkat beban dari pundak, karena kita tidak perlu menguasai semuanya. Dengan mengundang rekan guru (dan ahli lain, seperti orangtua) ke dalam kelas, maka Anda mengirimkan sebuah pesan kepada siswa Anda bahwa Anda sedang belajar dari orang lain. Be the best, do the best, but don't feel the best.


Bentuklah citramu sendiri dimata siswa-siswimu, karena apa yang kau lakukan sekarang, akan menentukan pandangan mereka kepadamu nanti.
- taqrim ibadi -

Author:

0 comments:

Silahkan tinggalkan komentar anda dengan menggunakan opsi Name/URL. Mohon jangan komentar SPAM..! Karena komentar dengan menyertakan LINK / ANCHOR TEXT atau promosi produk tertentu akan saya hapus tanpa pemberitahuan sebelumnya
Terimakasih...!!!